ELEGI YANG AKAN JADI DONGENG MOTIVASI
*abaikan judul yang tidak koheren! ckckckkk...*
Aku berdecak. Beberapa kali aku menegadah ke langit-langit sambil menyunggingkan senyum, karena tak ingin terlihat menangis saat mendengar curahan hati mereka. Aku, perempuan yang duduk di antara lingkaran itu bukanlah seorang yang ahli masalah cita-cita. Hanya saja, dengan mendengar mereka bercerita, membuat ingatanku melalangbuana pada perasaan kalut di masa lalu. Sama persis! Sampai akhirnya aku mengatakan pengalaman dan perasaanku saat seusia mereka dulu.
Ada kebingungan yang merasukiku saat harus memikirkan; ‘hendak kuliah dimana? Jadi apa? apakah harus merantau?’. Dulu, Aku beralasan bahwa amanah yang tertinggal di sini masih sangatlah banyak. Tapi belakangan (bahkan sampai saat ini) aku belum bisa menjawab pertanyaan yang aku tujukan pada diri sendiri; ‘benarkah itu alasannya?’.
“Mbak, disisi lain aku nggak bisa ninggalin Celan.” Ujar Melati (Nama samaran), sesaat setelah ia bercerita tentang keinginannya menjemput takdir di luar kota dengan cita-cita yang mulia. Beberapa anak juga mengutarakan harapannya menjadi seorang duta besar, nutrisionist, pegawai dinas pertanian, dan masih banyak lagi.
“Aku nggak bisa ngebayangin kalo kamu pergi. Pasti semua akan merasa sangat kehilangan.” Kata Rahmi (Nama samaran), salah seorang yang ikut duduk melingkar dalam jamaah itu.
“Mbak, disisi lain aku nggak bisa ninggalin Celan.” Ujar Melati (Nama samaran), sesaat setelah ia bercerita tentang keinginannya menjemput takdir di luar kota dengan cita-cita yang mulia. Beberapa anak juga mengutarakan harapannya menjadi seorang duta besar, nutrisionist, pegawai dinas pertanian, dan masih banyak lagi.
“Aku nggak bisa ngebayangin kalo kamu pergi. Pasti semua akan merasa sangat kehilangan.” Kata Rahmi (Nama samaran), salah seorang yang ikut duduk melingkar dalam jamaah itu.
Tak banyak yang bisa ku katakan, aku hanya tersenyum dan merenungi memikirkan tempat ini dengan masa laluku yang kalut, sambil memandangi wajah mereka satu per satu yang tampaknya larut dengan curahan hati masing-masing. Lamat-lamat kulihat di sudut sana, ada salah seorang adikku yang tertunduk, kadang-kadang tersenyum dan sesekali menyeka matanya. Nampak sekali bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Beberapa saat kemudian, dia mengatakan bahwa pantaslah kalau orang-orang sulit sekali meninggalkan Celan. Tempat ini memang istimewa, bahkan menjadi anugerah bagi dirinya. Aku tahu dia adalah pendatang dari pulau seberang yang tentu saja berbeda budaya, beda bahasa dan beda cara berinteraksi dengan sesama. Namun, kurasa ia cukup pandai beradaptasi di sini. Tak butuh waktu lama, ia sudah bisa berbaur akrab dengan teman-teman di Keputrian, merubah penampilannya dengan jilbab yang selalu dikenakan, mau belajar Al Quran, bahkan menawarkan diri untuk menjadi pengajar di TPA. MasyaAllah.
“Dulu aku pingin masuk SMA favorit disana, jadi aku nangis terus waktu awal-awal dipindah SMA kesini, soalnya kepikiran sama Bapak juga. Terus aku diarahin Budhe biar ikut kegiatan-kegiatan kayak gini. Ternyata teman-teman di sini sangat baik, dan aku menjadi lebih baik di sini, soalnya lingkungannya lebih agamis daripada di sana.” Katanya.
“Awal-awal berhijab itu aku ngerasa nggak nyaman Mba. Panas dan pingin cepat-cepat copot gitu, tapi enggak enak juga, kalo disini soalnya temen-temennya pada pake jilbab semua.” Lanjutnya dengan ekspresi senyum manis.
“Awal-awal berhijab itu aku ngerasa nggak nyaman Mba. Panas dan pingin cepat-cepat copot gitu, tapi enggak enak juga, kalo disini soalnya temen-temennya pada pake jilbab semua.” Lanjutnya dengan ekspresi senyum manis.
Aku merasa baru saja mengenal mereka malam ini. Hatiku semakin tertegun mendengar curahan hati, harapan dan cita-cita mereka semua. Ya Allah, lihatlah, mereka semua datang kepadaMu dengan membawa harapan yang begitu mulia. Cita-cita mereka sangatlah besar, meskipun sebagian belum tahu bagaimana cara memperolehnya. Aku bahkan merasa kerdil. Tidak berani bermimpi dan meragukan keniscayaan yang Engkau janjikan pada setiap diri yang teguh menolong agamaMu di bumi ini.
Setidaknya, Aku sudah mengetahui komitmen mereka dengan cita-cita yang disampaikan, serta tekad mereka untuk mencintai Dusun ini dengan segala kegiatan dan organisasi di dalamnya. Jika ada yang bersimpangan atara cinta terhadap dusun ini dan cita-cita yang harus dikejar, pikirkan alasan yang paling syar’I untuk memilih satu diantaranya.
Yang pasti (berdasarkan cerita dari si anak pendatang baru tersebut), Allah menempatkan kita di suatu tempat bukan tanpa maksud. Bisa jadi kau tidak menyukai sesuatu, tapi itu amat baik bagimu. Rasa manis pahit yang kau alami akan beranak-pinak menjadi sepotong cerita. Jalankan saja peranmu sebagai actor baik di mana saja engkau Ditempatkan. Karena sebagaimana perkataan ustadz Marzuki Imron; “Bila Allah telah ada di dalam hatimu, maka tidak ada ketakutan untuk berjalan menyusuri bumi-Nya, mencari apa yang kamu impikan!”. Kelak, elegi justru akan jadi dongeng yang memotivasi untuk anak cucu kita.
Yang pasti (berdasarkan cerita dari si anak pendatang baru tersebut), Allah menempatkan kita di suatu tempat bukan tanpa maksud. Bisa jadi kau tidak menyukai sesuatu, tapi itu amat baik bagimu. Rasa manis pahit yang kau alami akan beranak-pinak menjadi sepotong cerita. Jalankan saja peranmu sebagai actor baik di mana saja engkau Ditempatkan. Karena sebagaimana perkataan ustadz Marzuki Imron; “Bila Allah telah ada di dalam hatimu, maka tidak ada ketakutan untuk berjalan menyusuri bumi-Nya, mencari apa yang kamu impikan!”. Kelak, elegi justru akan jadi dongeng yang memotivasi untuk anak cucu kita.
Celan,
27082015
27082015
Komentar
Posting Komentar